SEBUAH printer baru yang kemudian
dimodifikasi disertai tinta khusus menjadi modal utama membentuk usaha
sablon digital sederhana di Jakarta.
Tidak hanya kamera yang masuk era digital, sablon merupakan salah satu
produk sampingan era digital. Digitalisasi sablon membuat banyak waktu
yang bisa dihemat, dan kualitas produk yang bisa ditingkatkan.
Apa yang membedakan sablon digital dengan sablon biasa? Pada sablon
biasa, sulit bagi kita membayangkan harga pemesanan 50 buah kaus dengan
50 gambar yang berbeda. Harganya tentu sangat mahal, karena
masing-masing gambar membutuhkan screen sablon terpisah.
Bagi produk sablon digital, prinsip kerja sablon yang diubah
menjadikannya cukup bersaing dengan harga pasar, di samping kualitasnya
yang sangat baik.
Bagi Anda yang masih berada di bangku SD dan SMP pada tahun 1960-an dan
1970-an, pasti terkenang pemusik yang beken pada saat itu.
Wajah Alice Cooper, John Lennon, dan grup Deep Purple tak asing bagi
kita. Gambar wajah mereka pun bisa kita cetak di atas T-shirt
menggunakan setrika panas. Kualitas sablon setrika pada masa itu masih
pas-pasan, tetapi cukup lumayan buat bergaya dengan wajah pemusik idola.
Generasi kini
Generasi sablon setrika sekarang menggunakan tinta khusus yang
didatangkan dari luar negeri. Dengan tinta seharga Rp 450.000,00 kita
dapat membuat sebanyak 100 kaus dengan gambar sablon yang berlainan.
Proses pembuatannya juga sederhana, yaitu menggunakan tinta khusus,
sebuah printer inkjet yang dimodifikasi, serta mesin pres. Hanya dengan
tiga alat inilah, sablon digital sudah bisa dicetak pada kaus.
Gambar atau foto yang kita ambil dengan kamera digital, kemudian
disempurnakan pada layar komputer. Hasil pekerjaan di layar komputer
kemudian dicetak pada kertas HVS biasa.
Tidak seperti cara konvensional, kita tak lagi menggunakan screen.
Hasil gambar yang kita lihat di layar komputer secara utuh tercetak
menggunakan printer modifikasi.
Dalam hal ini, kertas hanya menjadi media pemindah, karena kualitas
tinta yang memegang peranan. Dan pada saat gambar selesai dicetak di
atas kertas, kertas tersebut kemudian bisa dipindahkan ke atas kaus dan
ditekan menggunakan mesin pres sederhana.
Hasilnya menggembirakan, gambar warna yang kita saksikan di kertas pindah secara utuh ke atas kaos dengan resolusi tinggi.
Tidak seperti sablon biasa yang membutuhkan waktu lumayan lama untuk
proses pengeringan, proses pengeringan pada sablon digital hanya 30
detik.
Dengan teknik ini, tentu saja tak hanya kaus yang bisa kita cetak
dengan gambar kesukaan kita. Penghematan bisa dilakukan jika media yang
digunakan bertekstur, seperti tas anak sekolah.
Dengan tekstur seperti itu, penggunaan tinta bisa dihemat, sehingga
hasil akhir bisa lebih banyak. Namun hasil gambar tidak terpengaruh,
karena tercetak di atas media bertekstur.
Diambil dari salah satu blog
|