Kamu-kamu mungkin pernah mendengar yang namanya Maximum Rock and
Roll, Sniffin Glue, Flipside dan sebagainya? Yah, nama-nama tersebut
adalah nama dari sebuah media massa indie (independen). Atau nama-nama
tersebut masih terasa asing bagi kamu! Bagaimana dengan nama-nama
berikut ini Ripple magazine, Outmagz, Brainwash, Minor, dan lain-lain!
Yah, itu adalah nama sebagian besar media massa indie yang berkembang
di Indonesia. Melihat perkembangan sekarang ini bisa dikatakan bahwa
media massa indie menjadi semacam progress dalam sub-kultur indie
terutama di kalangan anak muda.
Semenjak gejala indie yang “menyerang” generasi muda kita beberapa
tahun ke belakang tentunya menjadi filosofis tersendiri dengan
kata-kata “Do It Yourself” (D.I.Y.) yang menjadi semacam ikon atau
tagline bagi indienista (para kaum indie hehehe...). Indie dikatakan
sebagai penggerak kebebasan, berjiwa bebas, bebas sebebas-bebasnya!
Tentunya dengan alasan filosofis seperti ini penggerak indie bisa lebih
mengutarakan ego dan idealisme tanpa takut dengan segala
kekangan-kekangan yang mengikat. Yah, pada intinya kebebasan
berekspresi.Spirit indie kemudian datang dengan berbagai ekspresi dan
kreativitas. Ada yang menuangkannya ke dalam musik, film, karya seni,
komik, novel, maupun ke dalam bentuk media massa! Media massa yang
menjadi perantara antara spirit D.I.Y. dengan kreativitas-kreativitas
dalam konteks indie itu sendiri (musik, film, karya seni dll.)..
Seperti contoh, media massa musik indie dalam waktu 10-15 tahun
kebelakang biasa mengangkat musik-musik yang kurang mendapat perhatian
seperti musik punk rock, hardcore, thrash metal, grindcore, heavy
metal, brutal metal, death metal, black metal, dan sebagainya. Berbeda
dengan media massa mainstream yang lebih mengangkat musik-musik
komersil saja. Namun, keadaannya kini berbeda. Media massa musik indie
tidak hanya mengangkat musik-musik keras saja. Seiring dengan
konsentrasi dan perubahan-perubahan signifikan terhadap kultur anak
muda itu sendiri maka banyak pula musik-musik indie seperti beraliran
indie pop, indie rock, power pop, bahkan jazz yang menjadi tema dari
media massa musik indie itu sendiri. Karena esensi sebenarnya yaitu
mengangkat musik yang kurang mendapat perhatian dari media massa
mainstream dan lebih mengutamakan aspek kreativitas dan unik
dibandingkan musik komersil biasa. Kita mengenal nama-nama grup band
indie yang membawakan musik pop dan tentunya unik dan kreatif seperti
White Shoes And The Couples Company, Sajama Cut, Mocca, Homogenic,
Cherry Bombshell, Pure Saturday dll. Mereka adalah sebagian besar nama
besar yang berasal dari kalangan indie.Selain musik, fashion pun
menjadi hal yang stand-up untuk dijadikan tematis yang sesuai dengan
kontekstual indie. Apalagi fenomena distro (distribution outlet) sudah
menjadi ikon bagi indie itu sendiri, so fashion dan sub-subnya seperti
clothing dan desain grafis menjadi hal yang menarik juga untuk
diperhatikan. Untuk hal-hal seperti ini di Bandung kita mengenal media
massa indie seperti Majalah Jeune, Majalah Slow, Majalah Suave,
dll.<>
Filosofis Indie
Informasi. Itu adalah kata kunci yang sebenarnya. Dengan kekebasan
berekspresi dan spirit D.I.Y. kini semua orang tidak hanya ingin
menjadi penikmat informasi tetapi juga pemberi informasi. Perkembangan
budaya terutama kultur anak muda di Indonesia dengan semangat
independensi atau D.I.Y. (Do It Yourself) memberikan
kesempatan-kesempatan untuk menyajikan informasi kepada ruang publik
secara bebas. Banyak sekali majalah-majalah indie, bulletin-buletin
komunitas, newsletter propaganda, fanzine, dan masih banyak lagi. Meski
penyajian seperti itu tidak menyajikan informasi secara global, tetapi
hal itu merupakan suatu pembenaran dengan memberikan sedikit
kontribusinya bagi perkembangan informasi di Indonesia hingga saat ini.
Setidaknya bagi golongan tertentu. Tentunya sangat banyak objek
terhadap kultur indie itu sendiri sebagai bentuk eksploitasi kultur
anak muda. Biasanya media massa indie itu lebih menceritakan kultur
yang sangat dekat dengan komunitasnya, seperti komunitas musik punk
rock, metal, hardcore, atau komunitas dalam bidang olahraga skateboard,
BMX, atau bidang lifestyle seperti fashion.
Saya ingin menegaskan bahwa pada intinya yang melandasi dari media
massa indie itu sendiri yaitu kebebasan berekspresi tanpa takut
kekangan-kekangan dengan objek-objek berita yang jarang diangkat oleh
media massa mainstream. Mengangkat hal-hal kecil di seputar kita yang
jarang terekspose. Mengajak diri bersikap kritis dan mencoba
menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sebagai bentuk protes kita
terhadap hal apapun baik itu politik, sosial, maupun budaya. Karena
biasanya justru media-media massa indie seperti itu lebih bebas dan
lepas untuk mengungkapkan kepahitan secara blak-blakan dalam bidang
politik, sosial, dan budaya terutama media-media massa indie yang
berlandaskan kultur punk contoh kalau di luar negeri seperti Sniffin
Glue dan di Indonesia seperti Brainwashed. Mereka berani. Karena itu
tadi DO IT YOURSELF!!!
|